Tuesday 31 December 2013

Kesenian Tari Damarwulan Banyuwangi

KESENIAN TARI DAMARWULAN


Nama Damarwulan diambil dari nama tokoh yang diperankan dalam kesenian ini yaitu Damarwulan atau Minakjinggo. Kesenian ini biasanya dimainkan oleh 40-50 pemain.


Damarwulan merupakan satu konsep kesenian drama tari tradisional dari Banyuwangi, dimana semua tokoh yang terkait dituntut untuk bisa menari dan berperan, dan kesenian ini merupakan akulturasi 2 kebudayaan yaitu antara kebudayaan Banyuwangi dan Bali.


Tari Damarwulan atau dikenal juga dengan Teater Janger atau Jinggoan, adalah pertunjukan rakyat, sejenis dengan Ketoprak atau Ludruk.



Cerita dalam Damarwulan berkisar tentang hubungan antara Minakjingo dengan Damarwulan pada masa Majapahit dan Blambangan. Dialognya berbentuk tembang atau nyanyian. Pengaturan cerita biasanya dilakukan oleh seorang dalang yang fungsi dan kedudukannya mirip dengan dalang dalam pementasan kesenian wayang orang, dengan memberikan gambaran apa yang akan terjadi sebelum adegan dimulai. Pertunjukan biasanya diadakan mulai jam 21.00 dan berakhir pada 04.00 dini hari.

Saturday 28 December 2013

BARONG KEMIREN BANYUWANGI


BARONG KEMIREN BANYUWANGI

Sosok mahluk “angker” bermata bulat merah dan bertaring itu ada dan dikenal di negara-negara Indochina lainnya seperti; China, Korea dan Jepang. Di Indonesia sendiri juga sangat beragam, salah satunya yaitu Barong yang berada di Banyuwangi.

Di Banyuwangi khususnya didalam komunitas masyarakat Using Kemiren, sosok Barong banyak mengandung komponen-komponen khas Using, mulai dari arsitektur ruang pertunjukannya, tokoh-tokoh yang memainkan, musik, tari dan berbagai isi ajaran serta nilai-nilai moral dari dialog para tokoh yang memainkan, syarat dengan kandungan nilai-nilai budaya Using.


Alur cerita kesenian Barong dibagi menjadi empat bagian.

Bagian pertama yang diberi judul; “Singo Barong”, menampilkan Barong sebagai tokoh utama. Tokoh Singo Barong ini merupakan sosok seekor Singa besar yang bermahkota dan bersayap, yang bernama; “Sinar Udara”.  Selain Barong sebagai tokoh utama, bagian ini juga menampilkan tokoh wanita cantik yang bernama; Ja’ripah. Selain itu, juga ada tiga tokoh lain yang diceritakan sebagai tiga orang bersaudara, yakni; Beledhes (Juru Tambur),Beledhung (Juru Layar) dan Beledhus (Juru Kemudi). Dan seorang tokoh lagi yang bernama;Tiang Irris.

Bagian kedua yang diberi judul; “Buto-butoan”, menampilkan tokoh utama seorang ksatria yang bernama; Panji Sumirah. Mendampingi tokoh Panji Sumirah ini, juga kembali muncul tokoh tiga bersaudara; Beledhes, Beledhung, Beledhus, serta dua orang yang berperan sebagai Raksasa dan empat orang yang memerankan sosok Jin. Pada bagian ini juga tampil sosok Burung Garuda.

Pada bagian ketiga diberi judul; “Suwarti”, tokoh-tokoh yang ditampilkan adalah; Pak Suwarti, Mbok Suwarti, Suwarti, Suwarno, Pak Janoko, Tokoh Gandrung, dan dua orang yang berperan sebagai sosok ayam.

Lalu pada bagian keempat yang berjudul; “Tuan-tuanan”, tokoh yang tampil adalah; Pak Mantri, Londaya, Siti Ambaridan Siti Sundari serta Jongos (tukang kebun).Konon, kesenian Barong ini diciptakan oleh seorang leluhur masyarakat Desa Kemiren yang bernama; Buyut Chili. Setelah Buyut Chili berhasil menciptakan kesenian ini, ritual adat Seblang yang sebelumnya digelar secara rutin di wilayah ini kemudian dipindahkan kesebelah selatan desa atau tepatnya di Desa Olehsari.

Menurut penuturan masyarakat,dipindahkannya Seblang ke Desa Olehsari itu adalah atas permintaan Dhanyang Desa yang menyusup ke raga seorang penari Seblang. Ketika itu sang Dhanyang berpesan; “Saiki ring Kemiren wis ono Barong, mula iku Seblang sun elih nyang Uli-ulian (Olehsari). Mulai saiki, Barong ojo dimainaken ring Uli-ulian, sebab uwong bisa mati kabeh. Lan sebalike, ojo anamaning Seblang main ring Kemiren, sebab uwong bisa lara kabeh,” (Sekarang di Kemiren sudah ada kesenian Barong, sebab itu Seblang aku pindahkan ke Uli-ulian. Mulai sekarang, Barong jangan dimainkan di Uli-ulian, sebab orang bisa mati semua. Dan sebaliknya,jangan ada lagi Seblang main di Kemiren, sebab orang bisa sakit semua).

GANDRUNG BANYUWANGI

ALAMSYAH HOMESTAY
CP : 085228292774 (AJIN)




GANDRUNG
""Gandrung""  masyarakat Banyuwangi mengartikan sebagai terpesonanya masyarakat Blambangan yang agraris kepada Dewi Sri sebagai Dewi Padi yang membawa kesejahteraan bagi masyarakat.

Tarian Gandrung Banyuwangi biasanya dibawakan sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat setiap paska panen.  Gandrung merupakan pertunjukan seni yang disajikan dengan iringan musik khas perpaduan budaya Jawa dan Bali. Tarian ini dilakukan dalam bentuk berpasangan antara perempuan (penari gandrung) dan laki-laki (pemaju) yang dikenal dengan "paju".

Tarian yang diiringi dengan orkestrasi khas populer di wilayah Banyuwangi yang terletak di ujung timur Pulau Jawa, dan telah menjadi ciri khas dari wilayah tersebut, hingga tak salah jika Banyuwangi selalu diidentikkan dengan “Gandrung”. Kenyataannya, Banyuwangi sering dijuluki Kota Gandrung dan patung penari gandrung dapat dijumpai di berbagai sudut wilayah Banyuwangi.


Gandrung pertama kalinya ditarikan oleh para lelaki yang didandani seperti perempuan dan, menurut laporan Scholte (1927), instrumen utama yang mengiringi tarian gandrung lanang ini adalah kendang. Namun, tari gandrung laki-laki baru benar-benar lenyap pada tahun 1914, setelah kematian penari terakhirnya yaitu Marsan.


 Pada awal mulanya Gandrung ditujukan untuk menghibur para pembabat hutan, mengiringi upacara minta selamat, berkaitan dengan pembabatan hutan yang angker.

Gandrung wanita pertama yang dikenal dalam sejarah adalah gandrung Semi, seorang anak kecil yang waktu itu masih berusia sepuluh tahun pada tahun 1895. Menurut cerita yang dipercaya, waktu itu Semi menderita penyakit yang cukup parah. Segala cara sudah dilakukan hingga ke dukun, namun Semi tak juga kunjung sembuh. Sehingga ibu Semi (Mak Midhah) bernazar seperti “Kadhung sira waras, sun dhadekaken Seblang, kadhung sing yo sing” (Bila kamu sembuh, saya jadikan kamu Seblang, kalau tidak ya tidak jadi). Ternyata, akhirnya Semi sembuh dan dijadikan seblang sekaligus memulai babak baru dengan ditarikannya gandrung oleh wanita.


Tradisi gandrung yang dilakukan Semi ini kemudian diikuti oleh adik-adik perempuannya dengan menggunakan nama depan Gandrung sebagai nama panggungnya. Kesenian ini kemudian terus berkembang di Banyuwangi dan menjadi ikon khas setempat. Pada mulanya gandrung hanya boleh ditarikan oleh para keturunan penari gandrung sebelumnya, namun sejak tahun 1970-an mulai banyak gadis-gadis muda yang bukan keturunan gandrung yang mempelajari tarian ini dan menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian di samping mempertahankan eksistensinya yang makin terdesak sejak akhir abad ke-20.


                   Kepala dipasangi hiasan serupa mahkota yang disebut omprok yang terbuat dari kulit kerbau yang disamak dan diberi ornamen berwarna emas dan merah serta diberi ornamen tokoh Antasena, putra Bima yang berkepala manusia raksasa namun berbadan ular serta menutupi seluruh rambut penari gandrung.
Selanjutnya pada mahkota tersebut diberi ornamen berwarna perak yang berfungsi membuat wajah sang penari seolah bulat telur, serta ada tambahan ornamen bunga yang disebut cundhuk mentul di atasnya. Sering kali, bagian omprok ini dipasang hio yang pada gilirannya memberi kesan magis.

Busana atau kostum yang dikenakan untuk tubuh terdiri dari baju yang terbuat dari beludru berwarna hitam, dihias dengan ornamen kuning emas, serta manik-manik yang mengkilat dan berbentuk leher botol yang melilit leher hingga dada, sedang bagian pundak dan separuh punggung dibiarkan terbuka. Di bagian leher tersebut dipasang ilat-ilatan yang menutup tengah dada dan sebagai penghias bagian atas. Pada bagian lengan dihias masing-masing dengan satu buah kelat bahu dan bagian pinggang dihias dengan ikat pinggang dan sembong serta diberi hiasan kain berwarna-warni sebagai pemanisnya. Selendang selalu dikenakan di bahu.



Penari gandrung menggunakan kain batik dengan corak bermacam-macam. Namun corak batik yang paling banyak dipakai serta menjadi ciri khusus adalah batik dengan corak gajah oling, corak tumbuh-tumbuhan dengan belalai gajah pada dasar kain putih yang menjadi ciri khas Banyuwangi.

Musik pengiring untuk gandrung Banyuwangi terdiri dari satu buah kempul atau gong, satu buah kluncing (triangle), satu atau dua buah biola, dua buah kendhang, dan sepasang kethuk. Di samping itu, pertunjukan tidak lengkap jika tidak diiringi panjak atau kadang-kadang disebut pengudang (pemberi semangat) yang bertugas memberi semangat dan memberi efek kocak dalam setiap pertunjukan gandrung. Peran panjak dapat diambil oleh pemain kluncing.

Selain itu kadang-kadang diselingi dengan saron Bali, angklung, atau rebana sebagai bentuk kreasi dan diiringi electone.

Tahapan-Tahapan Pertunjukan
Pertunjukan Gandrung yang asli terbagi atas tiga bagian:

* jejer
* maju atau ngibing
* seblang subuh

Jejer
Bagian ini merupakan pembuka seluruh pertunjukan gandrung. Pada bagian ini, penari menyanyikan beberapa lagu dan menari secara solo, tanpa tamu. Para tamu yang umumnya laki-laki hanya menyaksikan.

Maju
Setelah jejer selesai, maka sang penari mulai memberikan selendang-selendang untuk diberikan kepada tamu. Tamu-tamu pentinglah yang terlebih dahulu mendapat kesempatan menari bersama-sama. Biasanya para tamu terdiri dari empat orang, membentuk bujur sangkar dengan penari berada di tengah-tengah. Sang gandrung akan mendatangi para tamu yang menari dengannya satu persatu dengan gerakan-gerakan yang menggoda, dan itulah esensi dari tari gandrung, yakni tergila-gila atau hawa nafsu.

Setelah selesai, si penari akan mendatang rombongan penonton, dan meminta salah satu penonton untuk memilihkan lagu yang akan dibawakan. Acara ini diselang-seling antara maju dan repèn (nyanyian yang tidak ditarikan), dan berlangsung sepanjang malam hingga menjelang subuh.

Seblang subuh
Bagian ini merupakan penutup dari seluruh rangkaian pertunjukan gandrung Banyuwangi. Setelah selesai melakukan maju dan beristirahat sejenak, dimulailah bagian seblang subuh. Dimulai dengan gerakan penari yang perlahan dan penuh penghayatan, kadang sambil membawa kipas yang dikibas-kibaskan menurut irama atau tanpa membawa kipas sama sekali sambil menyanyikan lagu-lagu bertema sedih seperti misalnya seblang lokento. Suasana mistis terasa pada saat bagian seblang subuh ini, karena masih terhubung erat dengan ritual seblang, suatu ritual penyembuhan atau penyucian dan masih dilakukan (meski sulit dijumpai) oleh penari-penari wanita usia lanjut. Pada masa sekarang ini, bagian seblang subuh kerap dihilangkan meskipun sebenarnya bagian ini menjadi penutup satu pertunjukan pentas gandrung.



Sejak tahun 2000, antusiasme seniman-budayawan Dewan Kesenian Blambangan meningkat. Gandrung, dalam pandangan kelompok ini adalah kesenian yang mengandung nilai-nilai historis komunitas Using yang terus-menerus tertekan secara struktural maupun kultural. Dengan kata lain, Gandrung adalah bentuk perlawanan kebudayaan daerah masyarakat Using.


Sejak Desember 2000, Tari Gandrung resmi menjadi maskot pariwisata Banyuwangi yang disusul pematungan gandrung terpajang di berbagai sudut kota dan desa. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga memprakarsai promosi gandrung untuk dipentaskan di beberapa tempat seperti Surabaya , Jakarta , Hongkong, dan beberapa kota di Amerika Serikat.

Thursday 19 December 2013

RENTAL MOBIL BANYUWANGI DAN ALAMSYAH HOMESTAY BANYUWANGI

RENTAL MOBIL BANYUWANGI DAN SEWA MOBIL BANYUWANGI 
ALAMSYAH HOMESTAY 
CP : 085228292774 (AJIN)
PIN BB     : 289F35BD  
ALAMSYAH TOUR AND TRAVEL
RENT CAR BANYUWANGI
JAWA TIMUR

Alamsyah Rent Car Tour n Travel
Penyedia jasa dibidang transportasi yang berinduk di Banyuwangi. Alamsyah Rental Mobil Banyuwangi mengutamakan profesionalitas pelayanan bagi para pengguna jasa layanan kami.

Alamsyah Sewa Mobil Banyuwangi, melayani :

  1. Sewa dan Rental  mobil baik harian, mingguan maupun bulanan 
  2. Carter se Jawa-Bali
  3. Antar Jemput ke Bandara Se Jawa-Bali
  4. Paket  Wisata
  5. Sewa dan Rental mobil pengantin
  6. Booking Hotel dan Penginapan
Bagi pemilik member DNI dapatkan diskon langsung 5% dari Alamsyah Rent Car
Mobil yang tersedia
Xenia, All New Xenia,
Inova
Izuzu Elf
Grand Vitara
All New Kia
Nissan Evalia
Toyota Yaris
All New Swift
Daihatsu Luxio
*Minibus dan Bus Besar dapat anda pesan langsung jenis armada dan kapasitasnya.

Untuk tipe mobil lain bisa langsung pesan...

CP            :  Fajrin Maulana Alamsyah (Ajin)

HP            : 085228292774

PIN BB     : 289F35BD 
Lokasi Banyuwangi, Jawa Timur

Thursday 5 December 2013

Angklung Caruk Banyuwangi


SEWA DAN RENTAL MOBIL BANYUWANGI  
ALAMSYAH HOMESTAY
CP : 085228292774 (AJIN)
Angklung Caruk

Kesenian dan kebudayaan Angklung memang sudah tidak asing lagi untuk kalangan kita bangsa Indonesia. Angklung ini merupakan kesenian asli dari Indonesia, ada beberapa jenis angklung yang tersebar, misalnya saja untuk daerah Banyuwangi terkenal dengan Angklung Caruk.

Kata “Caruk” yang berarti “bertemu” berasal dari bahasa Osing yang merupakan bahasa khas orang Banyuwangi. Pertemuan dua kelompok pemain angklung “panjak”(sebutan penabuh dalam bahasa Osing) dan mereka saling mengadu ketangkasan memainkan angklung, disebut dengan Angklung Caruk. Dua grup tersebut memainkan angklungnya bersama dan saling bersaing ketangkasan. Para pemainnya terdiri dari 12 sampai 14 orang. Instrumen musik terbuat dari bamboo dan memiliki empat jenis pertunjukan yaitu, angklung caruk, angklung tetak, angklung paglak, dan angklung Blambangan.

Penonton biasanya terbagi dalam 3 kelompok : dua diantaranya merupakan rival yang masing-masing mendukung angklung kesayagannya, sedang yang satu berpihak pada dua pemain angklung dan mereka ingin mengetahui secara keseluruhan permainan. Permainan angklung ini menjadi sangat meriah, dengan adanya dukungan dari masing-masing pendukung.

Asal Mula Kesenian Angklung Caruk
            Angklung Caruk merupakan salah satu dari beragam kesenian yang berkembang di Banyuwangi. Pada mulanya angklung digunakan oleh petani di sawah untuk melepas lelah disaat istirahat. Angklung diletakkan di atas sebuah pondok yang tinggi atau masyarakat menyebutnya “paglak”, sehingga disebut “angklung paglak”. Selain itu para petani juga gemar mengguunakan angklung di saat memanen sawah mereka sebagai iringan musik. Uniknya zaman dahulu seorang petani yang memanen sawah memiliki tradisi “ngersoyo” ( gotong royong), pemilik sawah yang memanen sawahnya dibantu para kerabat dan tetangga sehingga si pemilik sawah memberikan sebuah hiburan kepada orang-orang yang telah membantunya di sawahnya dengan angklung yang diletakkan di “paglak”. Biasanya penabuhnya hanya terdiri dari 2 sampai 3 orang saja. Instrumennya terdiri dari 1 angklung (yang mirip dengan angklung di Bali) dan gendang berukuran kecil. Sembari menabuh angklung penabuhnya juga menyanyikan gending-gending khas Banyuwangi. Dari sinilah angklung caruk terbentuk.

Angklung Tetak
Istilah tetak berasal dari bahasa yang berarti "menjaga di malam hari". Angklung tetak dapat menjadi alat yang digunakan untuk membantu jaga malam. Angklung tetak terkenal pada tahun 1950. Pada awal berdirinya angklung tetak tumbuh di desa Glagah, dan pada tahun 1974 telah lebih disempurnakan lagi, terutama dari segi irama.

Angklung Paglak
Paglak adalah gubuk sederhana yang dibangun di sawah atau di dekat pemukiman. Paglak dibangun dari bambu dan dibangun sekitar 10 meter di atas tanah. Jadi, jika seseorang ingin masuk ke dalam gubuk, ia harus memanjat untuk mencapainya.
Fungsi bangunan ini sebagai tempat untuk menjaga padi dari burung. Petani biasanya menjagas sawah sembari bermain alat musik angklung dalam paglak tersebut. Karena itu, seni ini disebut angklung paglak.

Angklung Blambangan
Angklung Blambangan merupakan improvisasi dari angklung caruk. Terdapat instrumen musik termasuk gong dan alat musik Gandrung.