BARONG
KEMIREN BANYUWANGI
Sosok mahluk “angker” bermata
bulat merah dan bertaring itu ada dan dikenal di negara-negara Indochina
lainnya seperti; China, Korea dan Jepang. Di Indonesia sendiri juga sangat
beragam, salah satunya yaitu Barong yang berada di Banyuwangi.
Di Banyuwangi khususnya
didalam komunitas masyarakat Using Kemiren, sosok Barong banyak mengandung
komponen-komponen khas Using, mulai dari arsitektur ruang pertunjukannya,
tokoh-tokoh yang memainkan, musik, tari dan berbagai isi ajaran serta
nilai-nilai moral dari dialog para tokoh yang memainkan, syarat dengan
kandungan nilai-nilai budaya Using.
Alur cerita kesenian Barong
dibagi menjadi empat bagian.
Bagian pertama yang diberi
judul; “Singo Barong”, menampilkan Barong sebagai tokoh utama. Tokoh Singo
Barong ini merupakan sosok seekor Singa besar yang bermahkota dan bersayap,
yang bernama; “Sinar Udara”. Selain Barong sebagai tokoh utama, bagian
ini juga menampilkan tokoh wanita cantik yang bernama; Ja’ripah. Selain itu,
juga ada tiga tokoh lain yang diceritakan sebagai tiga orang bersaudara, yakni;
Beledhes (Juru Tambur),Beledhung (Juru Layar) dan Beledhus (Juru Kemudi). Dan
seorang tokoh lagi yang bernama;Tiang Irris.
Bagian kedua yang diberi
judul; “Buto-butoan”, menampilkan tokoh utama seorang ksatria yang bernama;
Panji Sumirah. Mendampingi tokoh Panji Sumirah ini, juga kembali muncul tokoh
tiga bersaudara; Beledhes, Beledhung, Beledhus, serta dua orang yang berperan
sebagai Raksasa dan empat orang yang memerankan sosok Jin. Pada bagian ini
juga tampil sosok Burung Garuda.
Pada bagian ketiga diberi
judul; “Suwarti”, tokoh-tokoh yang ditampilkan adalah; Pak Suwarti, Mbok
Suwarti, Suwarti, Suwarno, Pak Janoko, Tokoh Gandrung, dan dua orang yang
berperan sebagai sosok ayam.
Lalu pada bagian keempat yang
berjudul; “Tuan-tuanan”, tokoh yang tampil adalah; Pak Mantri, Londaya, Siti
Ambaridan Siti Sundari serta Jongos (tukang kebun).Konon, kesenian Barong ini
diciptakan oleh seorang leluhur masyarakat Desa Kemiren yang bernama; Buyut
Chili. Setelah Buyut Chili berhasil menciptakan kesenian ini, ritual adat Seblang
yang sebelumnya digelar secara rutin di wilayah ini kemudian dipindahkan
kesebelah selatan desa atau tepatnya di Desa Olehsari.
Menurut penuturan
masyarakat,dipindahkannya Seblang ke Desa Olehsari itu adalah atas permintaan
Dhanyang Desa yang menyusup ke raga seorang penari Seblang. Ketika itu sang
Dhanyang berpesan; “Saiki ring
Kemiren wis ono Barong, mula iku Seblang sun elih nyang Uli-ulian (Olehsari).
Mulai saiki, Barong ojo dimainaken ring Uli-ulian, sebab uwong bisa mati
kabeh. Lan sebalike, ojo anamaning Seblang main ring Kemiren, sebab uwong bisa
lara kabeh,” (Sekarang di Kemiren sudah ada kesenian Barong,
sebab itu Seblang aku pindahkan ke Uli-ulian. Mulai sekarang, Barong jangan
dimainkan di Uli-ulian, sebab orang bisa mati semua. Dan sebaliknya,jangan ada
lagi Seblang main di Kemiren, sebab orang bisa sakit semua).
keren. menambah pengetahuan..
ReplyDelete