Saturday 28 December 2013

BARONG KEMIREN BANYUWANGI


BARONG KEMIREN BANYUWANGI

Sosok mahluk “angker” bermata bulat merah dan bertaring itu ada dan dikenal di negara-negara Indochina lainnya seperti; China, Korea dan Jepang. Di Indonesia sendiri juga sangat beragam, salah satunya yaitu Barong yang berada di Banyuwangi.

Di Banyuwangi khususnya didalam komunitas masyarakat Using Kemiren, sosok Barong banyak mengandung komponen-komponen khas Using, mulai dari arsitektur ruang pertunjukannya, tokoh-tokoh yang memainkan, musik, tari dan berbagai isi ajaran serta nilai-nilai moral dari dialog para tokoh yang memainkan, syarat dengan kandungan nilai-nilai budaya Using.


Alur cerita kesenian Barong dibagi menjadi empat bagian.

Bagian pertama yang diberi judul; “Singo Barong”, menampilkan Barong sebagai tokoh utama. Tokoh Singo Barong ini merupakan sosok seekor Singa besar yang bermahkota dan bersayap, yang bernama; “Sinar Udara”.  Selain Barong sebagai tokoh utama, bagian ini juga menampilkan tokoh wanita cantik yang bernama; Ja’ripah. Selain itu, juga ada tiga tokoh lain yang diceritakan sebagai tiga orang bersaudara, yakni; Beledhes (Juru Tambur),Beledhung (Juru Layar) dan Beledhus (Juru Kemudi). Dan seorang tokoh lagi yang bernama;Tiang Irris.

Bagian kedua yang diberi judul; “Buto-butoan”, menampilkan tokoh utama seorang ksatria yang bernama; Panji Sumirah. Mendampingi tokoh Panji Sumirah ini, juga kembali muncul tokoh tiga bersaudara; Beledhes, Beledhung, Beledhus, serta dua orang yang berperan sebagai Raksasa dan empat orang yang memerankan sosok Jin. Pada bagian ini juga tampil sosok Burung Garuda.

Pada bagian ketiga diberi judul; “Suwarti”, tokoh-tokoh yang ditampilkan adalah; Pak Suwarti, Mbok Suwarti, Suwarti, Suwarno, Pak Janoko, Tokoh Gandrung, dan dua orang yang berperan sebagai sosok ayam.

Lalu pada bagian keempat yang berjudul; “Tuan-tuanan”, tokoh yang tampil adalah; Pak Mantri, Londaya, Siti Ambaridan Siti Sundari serta Jongos (tukang kebun).Konon, kesenian Barong ini diciptakan oleh seorang leluhur masyarakat Desa Kemiren yang bernama; Buyut Chili. Setelah Buyut Chili berhasil menciptakan kesenian ini, ritual adat Seblang yang sebelumnya digelar secara rutin di wilayah ini kemudian dipindahkan kesebelah selatan desa atau tepatnya di Desa Olehsari.

Menurut penuturan masyarakat,dipindahkannya Seblang ke Desa Olehsari itu adalah atas permintaan Dhanyang Desa yang menyusup ke raga seorang penari Seblang. Ketika itu sang Dhanyang berpesan; “Saiki ring Kemiren wis ono Barong, mula iku Seblang sun elih nyang Uli-ulian (Olehsari). Mulai saiki, Barong ojo dimainaken ring Uli-ulian, sebab uwong bisa mati kabeh. Lan sebalike, ojo anamaning Seblang main ring Kemiren, sebab uwong bisa lara kabeh,” (Sekarang di Kemiren sudah ada kesenian Barong, sebab itu Seblang aku pindahkan ke Uli-ulian. Mulai sekarang, Barong jangan dimainkan di Uli-ulian, sebab orang bisa mati semua. Dan sebaliknya,jangan ada lagi Seblang main di Kemiren, sebab orang bisa sakit semua).

1 comment: